Daily Archives: 17 Februari 2015

Kisah

Pesan Ibu

kue

suatu hari, tampak seorang pemuda tergesa-gesa memasuki restoran karena kelaparan dari tadi pagi belum sarapan. setelah memesan makanan, seorang anak penjaja kue menghampiri, “om, beli kue om, masih hangat dan enak rasanya!”

“Tidak Dik, saya mau makan nasi saja,” kata si pemuda menolak.

Sambil tersenyum si anak pun berlalu dan menunggu di luar restoran.

Melihat si pemuda telah selesai menyantap makanannya, si anak menghampiri lagi dan menyodorkan kuenya. Si pemuda sambil beranjak ke kasir hendak membayar makanan berkata, “Tidak Dik, saya sudah kenyang.”

Sambil terus mengikuti si pemuda, si anak berkata, “Kuenya bisa dibuat oleh-oleh pulang, Om.”

Dompet yang belum sempat dimasukkan ke kantong pun dibukanya kembali. Dikeluarkannya dua lembar ribuan dan ia mengangsurkan ke anak penjual kue. “Saya tidak mau kuenya. Uang ini anggap saja sedekah dari saya.”

Dengan senang hati diterimanya uang itu. Lalu, dia bergegas ke luar restoran, dan memberikan uang pemberian tadi kepada pengemis yang berada di depan restoran.

Si pemuda memperhatikan dengan seksama. Dia merasa heran dan sedikit tersinggung. Ia langsung menegur, “Hai adik kecil, kenapa uangnya kamu berikan kepada orang lain? Kamu berjualan kan untuk mendapatkan uang. Kenapa setelah uang ada di tanganmu, malah kamu berikan ke si pengemis itu?”

“Om, saya mohon maaf. Jangan marah ya. Ibu saya mengajarkan kepada saya untuk mendapatkan uang dari usaha berjualan atas jerih payah sendiri, bukan dari mengemis. Kue-kue ini dibuat oleh ibu saya sendiri dan ibu pasti kecewa, marah, dan sedih, jika saya menerima uang dari Om bukan hasil dari menjual kue. Tadi Om bilang, uang sedekah, maka uangnya saya berikan kepada pengemis itu.”

Si pemuda merasa takjub dan menganggukkan kepala tanda mengerti. “Baiklah, berapa banyak kue yang kamu bawa? Saya borong semua untuk oleh-oleh.” Si anak pun segera menghitung dengan gembira.

Sambil menyerahkan uang si pemuda berkata, “Terima kasih Dik, atas pelajaran hari ini. Sampaikan salam saya kepada ibumu.”

Walaupun tidak mengerti tentang pelajaran apa yang dikatakan si pemuda, dengan gembira diterimanya uang itu sambil berucap, “Terima kasih, Om. Ibu saya pasti akan gembira sekali, hasil kerja kerasnya dihargai dan itu sangat berarti bagi kehidupan kami.”

 

Ini sebuah ilustrasi tentang sikap perjuangan hidup yang POSITIF dan TERHORMAT. Walaupun mereka miskin harta, tetapi mereka kaya mental! Menyikapi kemiskinan bukan dengan mengemis dan minta belas kasihan dari orang lain. Tapi dengan bekerja keras, jujur, dan membanting tulang.

Jika setiap manusia mau melatih dan mengembangkan kekayaan mental di dalam menjalani kehidupan ini, lambat atau cepat kekayaan mental yang telah kita miliki itu akan mengkristal menjadi karakter, dan karakter itulah yang akan menjadi embrio dari kesuksesan sejati yang mampu kita ukir dengan gemilang.

7 Kebiasaan Yang Membuat Hidup Menjadi Kaya

Dony 1997

  1. Kebiasaan mengucap syukur

Ini adalah kebiaddsaan istimewa yang bisa mengubah hidup selalu menjadi lebih baik. Bahwa agama mendorong kita bersyukur tidak saja untuk hal-hal yang baik, tapi juga dalam kesusahan & hari-hari yang buruk.

Ada rahasia besar di balik ucapan syukur yang sudah terbukti sepanjang sejarah. Hellen Keller yang buta & tuli sejak usia dua tahun, telah menjadi orang yang terkenal & dikagumi di seluruh dunia. Salah satu ucapannya yang banyak memotivasi orang adalah, “Aku bersyukur atas cacat-cacat ini aku menemukan diriku, pekerjaanku dan Tuhanku.”

Memang sulit untuk bersyukur, namun kita bisa belajar secara bertahap. Mulailah mensyukuri berkat, kesehatan, keluarga, sahabat, dan sebagainya. Lama kelamaan Anda bahkan bisa bersyukur atas kesusahan & situasi yg buruk.

  1. Kebiasaan berpikir positif

Hidup kita dibentuk oleh apa yang paling sering kita pikirkan. Kalau selalu berpikiran positif, kita cenderung menjadi pribadi yang positif. Ciri-ciri dari pikiran yang positif selalu mengarah kepada kebenaran, kebaikan, kasih…

Lihat pos aslinya 338 kata lagi

The Reason We Cried

The Reason We Cried
Someday, We’ll Forget
The Hurt ,
The Reason We Cried
And
Who Caused Us Pain
We’ll Finally Realize That
The Secret Of Being Free
Is Not Revenge
But
Letting Things Unfold In
Their Own Way n Own Time
After All What Matters Is Not
The First
But
The Last Chapter Of Our Life
Which Shows How Well We
Ran The Race
So
SMILE, LAUGH, FORGIVE
BELIEVE n LOVE All Over
Again…

Untukmu Cinta Pertamaku

Teruntuk cinta pertama meski kau bukan yang pertama memasuki riak hidupku.

Masih kuingat jelas bagaimana ketika aku pertama kali jatuh cinta.

Iya, jatuh cinta padamu lebih tepatnya.

Saat aku masih memakai seragam biru putih dengan rambut kepangan ala ibuku.

Masih ingatkah kau ketika memergoki mataku yang diam-diam memperhatikanmu atau ketika aku menjadikanmu spesial diantara teman yang lain, selalu mensuportmu, selalu memberikan jawaban ulangan saat kau minta.

Ah, kau juga pernah membuntutiku saat berangkat sekolah.

Jadi kita impas bukan?, hanya saja perasaan itu tak pernah terungkap.

Sudahlah tak perlu kuceritakan satu persatu, bisa full laman ini dengan kenangan-kenangan itu.

Yang paling kuingat adalah saat dimana hari kelulusan tiba, hari itu seperti dua sisi mata uang bagiku.

Satu sisi aku bahagia dengan prestasiku tapi di sisi lain aku sedih karena kehilangan cinta pertamaku.

Semenjak hari itu kau seperti menghilang tanpa kabar,

Semenjak itu pula aku selalu mencarimu, aku ingin tahu bagaimana keadaanmu.

Kubuat akun disetiap media sosial agar kau mudah menemukanku saat kau ingat padaku.

Ah ralat, yang benar agar aku lebih mudah menemukanmu, karena aku tak tau apakah kau juga mencariku atau mungkin aku malah sudah hilang dari ingatanmu.

Delapan tahun berlalu akhirnya TUHAN mengabulkan doaku, aku menemukanmu.

Aku tidak ingin mengusik kehidupanmu, seperti yang ku bilang tadi bahwa aku hanya ingin tahu keadaanmu

Cuma itu tak lebih, aku sudah cukup lega.

Setelah ini, hidup kita akan tetap berjalan masing-masing seperti biasanya.

Disana sudah ada seseorang yang menungguku

Walaupun aku tak tahu apakah TUHAN memang menakdirkan dia untukku, seenggaknya aku akan berjuang untuk dia yang benar-benar mencintaiku.

Malam masih meniti ketika aku menceritakan kisah ini.

Jika dulu kukatakan bahwa kata tak mampu bercerita tentang kita maka sekarang aku butuh lebih dari 300 kata untuk menuliskan tentangmu.

Wahai ENGKAU pemilik hatiku, titip rindu untuk cinta pertamaku…